Penerapan Metode Sbabs Dalam Mencegah Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat
Abstract
Sanitasi merupakan salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan SDGs meskipun dilapangan
menunjukkan kemajuan yang masih lambat. Strategi Nasional Kebijaka STBM ( Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat) mengacu pada strategi percepatan yang bertujuan untuk mengejar target
SDGs. Tujuan penyelenggaraan program ini adalah untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang
higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. STMB merupakan pendekatan yang dilakukan oleh berbagai Negara dalam
rangka perubahan perilaku pedesaan yang diterapkan secara luas untuk mengakhiri buang air besar
sembarangan dan masalah ini terkait kesehatan. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS)
merupakan salah satu pilar yang terdapat didalam STMB dalam pencegahan stunting.
Stop Buang Air Besar Sembarangan merupakan program sanitasi total berbasis masyarakat yang
membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis
lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat merubah perilaku untuk tidak melakukan
aktivitas buang air besar sembarangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas metode
SBABS dalam mencegah stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Air
Bangis Kabupaten Pasaman Barat. Metode: penelitian menggunakan desain Kohor Retrospektif.
Kelompok SBABS sebagai penerima program dengan kelompok Non SBABS yang tidak
menerima program. Kelompok wilayah SBABS yaitu jorong Silawai Tengah dan kelompok
wilayah non SBABS adalah Kampung Padang Utara. Hasil penelitian menunjukkan proporsi
baduta stunting pada kelompok SBABS 15,3%, dengan tinggi badan normal 91,3% dan status gizi
baik (92,7%). Terdapat hubungan antara tinggi badan balita pada kelompok SBABS dengan NON
SBABS dengan p-value 0.012 namun tidak ada hubungan antara status gizi balita kelompok
SBABS dengan NON SBABS dengan p-value 0.374
Kesimpulan: metode SBABS efektif menurunkan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan
pada wilayah kerja Puskesmas Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat.
References
learned from the national sanitation campaign in Njombe district, Tanzania. J
Water, Sanit Hyg Dev. 9(4):754–64.
Pramiasih T, Hernawati S, Ma’rufi I. 2019. AnEvaluation on Implemention of STBM
Program Pillar 1 to Decrease of Diarrhea at ODF Village (Reinforcing Factors on
Precede – Proceed) in Bondowoso District. Heal Nations. 3(7), 321–8
Ficek F, Novotný J.2019. Comprehending practitioners’ assessments of community-led
total sanitation. Health Promot Int.. 4(6), e129–38.
Harter M, Mosch S, Mosler H-J. 2018. How does Community-Led Total Sanitation
(CLTS) affect latrine ownership? A quantitative case study from Mozambique.
BMC Public Health. 18(1), 387.
Checkley W, Buckley G, Gilman RH, Assis AM, Guerrant RL, Morris SS, et al. 2008.
Multi-country analysis of the effects of diarrhoea on childhood stunting. Int J
Epidemiol. 37(4), 816–30.
Prendergast AJ, Rukobo S, Chasekwa B, Mutasa K, Ntozini R, Mbuya MNN, et al. 2014.
Stunting is characterized by chronic inflammation in zimbabwean infants. PLoS
One. 9(2).
Hafid F, Djabu U, Udin, Nasrul. 2017. Efek Program SBABS Terhadap Pencegahan
Stunting Anak Baduta di Kabupaten Banggai dan Sigi. Indonesian Journal of Human
Nutriti. 4 (2, 79 – 87
Anggraini Y, Haninda P. 2019. Faktor Yang Berhubungan Dengan Stunting Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat. Dinamika
Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 10(2), 902-910
Kementerian Kesehatan RI. Kurikulum dan Modul Pelatihan STBM bagi Dosen Jurusan
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan di Indonesia [Internet]. Jakarta:
Kementerian Kesehatan;
2013. Available
from:
http://stbm-
indonesia.org/files/BUKU_KURMOD_PELATIHAN_DOSEN.pdf diakses Maret
2020.